Tag Archive for: gis

Pemanfaatan Citra Sentinel-1 dan Metode DInSAR untuk Mitigasi Bencana Gunung Api

Webinar ini membahas tentang pemanfaatan citra sentinel-1 dan metode DInSAR untuk mitigasi bencana gunung api. Dimulai dengan pembahasan mengenai pengenalan citra sentinel-1 dan DInSAR, lalu cara pemanfaatannya untuk diaplikasikan dalam mitigasi bencana. Selain itu, membahas mengenai gunung lewotobi laki-laki. Serta, studi kasus tentang memonitoring lewotobi laki-laki.

 

Pembicara

Fiona Damaianti, S.T

(Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Fathoni Zaki Pratama, S.M

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Agustus 2025

Waktu : 10.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

“GIS Berbasis AI untuk Smart Farming dan Monitoring Tanaman (integrasi remote sensing, IoT, dan AI dalam sistem GIS untuk pertanian presisi)”

GIS Berbasis AI untuk Smart Farming dan Monitoring Tanaman merupakan pendekatan inovatif dalam pertanian presisi yang menggabungkan teknologi GIS (Sistem Informasi Geografis), kecerdasan buatan (AI), penginderaan jauh (remote sensing), dan sensor IoT untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian.Melalui integrasi ini, data spasial dari citra satelit atau drone dapat dianalisis secara otomatis oleh algoritma AI untuk memantau kesehatan tanaman, mendeteksi hama atau penyakit, serta memprediksi hasil panen. Sementara itu, sensor IoT di lapangan mengirimkan data real-time tentang kondisi tanah dan iklim mikro, yang dikombinasikan dalam platform GIS untuk memberikan rekomendasi berbasis lokasi secara presisi.

 

Pembicara

Ahmad Haris H.S, S.TP., MP.

(Dosen Politeknik Negeri Jember & Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Agustus 2025

Waktu : 14.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

IMU dalam system GNSS: mengenal integrasi untuk akurasi lebih baik

Webinar ini membahas tentang integrasi antara IMU (Inertial Measurement Unit) dan GNSS yang menghasilkan sistem penentuan posisi dengan lebih akurat dan stabil, terutama di area dengan gangguan sinyal satelit. IMU membantu menjaga kontinuitas data saat GNSS tidak dapat bekerja optimal, seperti di bawah rimbunan pohon atau dekat bangunan tinggi. Kombinasi ini banyak digunakan dalam drone survei, kendaraan otonom, dan pemetaan presisi tinggi.

 

Pembicara

Gen Azza, S.Geo

(Business Development PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Andita Yullianti, S.Ak

(Koord Business Development, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Selasa, 05 Agustus 2025

Waktu : 14.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Free

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

ArcGIS sebagai Kaca Pembesar Pola Spasial: Analisis Visual dan Interaktif Data Titik

“Analisis Spasial Sebaran Data Titik” membahas pemanfaatan data spasial titik dalam Sistem Informasi Geografis (GIS), khususnya menggunakan ArcGIS sebagai alat visualisasi dan analisis pola spasial. Data titik merepresentasikan lokasi objek tanpa dimensi luas, tetapi mengandung informasi koordinat (X, Y) dan atribut deskriptif. Analisis spasial terhadap data ini meliputi teknik buffer (menentukan zona jangkauan), kernel density (mengukur kepadatan titik), average nearest neighbor (ANN) untuk mengenali pola distribusi (acak, terkelompok, atau teratur), serta spatial join untuk menggabungkan informasi dari berbagai layer berdasarkan hubungan spasial. Data ini umumnya disimpan dalam format seperti .shp, .kml, .gpx, dan .geojson, serta berfungsi untuk representasi objek, dasar analisis spasial, dan alat komunikasi visual dalam peta.

 

Pembicara

Muhammad Dwi Arfian, S.Geo.

(Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Kamis, 10 Juli 2025

Waktu : 14.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

Pemanfaatan NDVI Untuk Mengetahui Perubahan Tutupan Lahan Wilayah

Pemanfaatan teknologi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dalam memantau dan menganalisis perubahan tutupan lahan menggunakan perangkat lunak open source QGIS. NDVI dihitung dari citra satelit untuk menunjukkan tingkat kehijauan vegetasi dan digunakan dalam berbagai bidang seperti kehutanan, pertanian, dan pengawasan lingkungan. Manfaat utama NDVI meliputi deteksi deforestasi, penilaian kesehatan kanopi, pemantauan reforestasi, serta optimalisasi input pertanian berdasarkan zona, yang semuanya mendukung tindakan konservasi dan efisiensi biaya.

 

Pembicara

Muhammad Uqbah El Syakbandani, S.Geo.

(Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 Juli 2025

Waktu : 14.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

GNSS RTK Geodetik: Kunci Data Geospasial Terpadu untuk One Map Policy

Webinar ini membahas pentingnya penggunaan teknologi GNSS Geodetik dalam penegasan batas administrasi wilayah di Indonesia guna mendukung kebijakan Satu Peta (One Map Policy). Penegasan batas dilakukan melalui metode kartometrik dan survei lapangan untuk menentukan titik koordinat secara presisi menggunakan perangkat geodetik seperti GPS statik, RTK, dan PPK, sesuai dengan ordo pengukuran yang diatur oleh standar nasional. Pengukuran presisi tinggi ini tidak hanya memberikan kepastian hukum dan menghindari konflik batas, tetapi juga penting untuk alokasi anggaran, kewenangan administratif, dan sinkronisasi data spasial nasional. Selain aspek teknis, dokumen ini juga menekankan pentingnya etika sosial dalam proses pemetaan, mulai dari koordinasi dengan masyarakat hingga pelaporan yang transparan.

 

Pembicara

Yassar Putra Aditya, S.Geo

(Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 27 Juni 2025

Waktu : 08.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

Perbedaan GIS, GPS, dan Remote Sensing dalam Dunia Geospasial

Di era digital saat ini, kita berinteraksi dengan data lokasi setiap hari, seringkali tanpa menyadarinya. Mulai dari mencari rute tercepat di aplikasi peta, melihat prakiraan cuaca yang divisualisasikan, hingga membaca berita tentang pemantauan kebakaran hutan dari satelit. Di balik semua kemudahan dan informasi canggih ini, terdapat sebuah dunia yang kompleks dan kuat yang dikenal sebagai teknologi geospasial. Fondasi dari dunia ini dibangun di atas tiga pilar utama yang sering disebut bersamaan, namun memiliki peran yang sangat berbeda: GIS (Geographic Information System), GPS (Global Positioning System), dan Remote Sensing (Penginderaan Jauh).

Meskipun ketiganya saling melengkapi, memahami perbedaan fundamental di antara mereka adalah kunci untuk mengapresiasi bagaimana kita memetakan, menganalisis, dan memahami dunia kita. Salah mengartikannya sama seperti menyamakan peran seorang arsitek, seorang juru ukur, dan seorang fotografer udara dalam sebuah proyek konstruksi. Masing-masing memiliki keahlian unik, dan proyek hanya akan berhasil jika ketiganya bekerja dalam harmoni. Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan, fungsi, dan sinergi dari trio teknologi geospasial ini.

1. Remote Sensing: Sang Mata Pengamat dari Kejauhan

Bayangkan Anda ingin mengetahui kondisi terkini sebuah hutan lindung yang sangat luas tanpa harus berjalan kaki menyusurinya. Di sinilah Remote Sensing, atau Penginderaan Jauh (Indraja), berperan. Secara definisi, Remote Sensing adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, area, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh oleh perangkat yang tidak melakukan kontak fisik langsung dengan objek tersebut.

Sederhananya, Remote Sensing adalah “mata di langit”. Perangkat ini bisa berupa sensor yang dipasang di satelit yang mengorbit ratusan kilometer di atas bumi, di pesawat terbang, atau yang kini semakin populer, di drone (pesawat tanpa awak). Sensor ini tidak hanya mengambil gambar layaknya kamera biasa. Mereka mampu menangkap data dari berbagai bagian spektrum elektromagnetik, termasuk inframerah (untuk mendeteksi kesehatan vegetasi), termal (untuk mendeteksi suhu permukaan), dan gelombang mikro (yang dapat menembus awan).

Fungsi utamanya adalah akuisisi atau pengumpulan data mentah. Remote Sensing menjawab pertanyaan mendasar: “Seperti apa kenampakan di sana?”

Contoh output dari Remote Sensing adalah:

  • Citra Satelit: Gambar permukaan bumi yang menunjukkan tutupan lahan, digunakan untuk memantau deforestasi, urbanisasi, atau perubahan garis pantai.
  • Foto Udara: Gambar resolusi tinggi dari pesawat atau drone, ideal untuk pemetaan detail perkebunan, perencanaan properti, atau inspeksi infrastruktur.
  • Data LiDAR: Menggunakan laser untuk membuat model 3D permukaan bumi yang sangat akurat, penting untuk analisis kontur, potensi banjir, dan perencanaan konstruksi.

Remote Sensing adalah langkah pertama dalam banyak alur kerja geospasial, menyediakan data mentah yang kaya tentang kondisi fisik bumi pada skala yang luas.

2. GPS: Sang Penentu Posisi Universal

Setelah Remote Sensing memberikan gambaran besar, kita seringkali perlu mengetahui lokasi yang tepat dari objek spesifik di dalam gambaran tersebut. Untuk inilah GPS (Global Positioning System) diciptakan. GPS adalah sistem navigasi berbasis satelit yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Amerika Serikat, meskipun kini banyak sistem serupa dari negara lain seperti GLONASS (Rusia), Galileo (Uni Eropa), dan BeiDou (Tiongkok).

GPS bekerja melalui jaringan sekitar 30 satelit yang terus-menerus memancarkan sinyal waktu yang presisi. Sebuah perangkat penerima GPS di darat (seperti di smartphone atau alat survei) akan menangkap sinyal dari setidaknya empat satelit untuk melakukan triangulasi dan menghitung posisi tiga dimensinya—lintang, bujur, dan ketinggian—dengan tingkat akurasi yang luar biasa.

Fungsi utamanya adalah penentuan posisi. GPS secara spesifik menjawab pertanyaan: “Di mana lokasi persisnya ini?”

Data yang dihasilkan oleh GPS adalah koordinat geografis yang menjadi “jangkar” spasial. Tanpa koordinat yang akurat, data apa pun menjadi mengambang dan sulit untuk dianalisis dalam konteks geografis. Contoh penerapan GPS meliputi:

  • Navigasi: Memandu perjalanan Anda dari titik A ke B.
  • Survei dan Pemetaan: Para surveyor menggunakan GPS kelas survei untuk menandai batas tanah, titik kontrol peta, dan lokasi pembangunan infrastruktur dengan presisi sentimeter.
  • Geotagging: Menambahkan data lokasi pada foto, unggahan media sosial, atau saat tim lapangan mencatat temuan seperti lokasi pohon langka atau jalan rusak.

GPS tidak memberitahu Anda apa yang ada di suatu lokasi, tetapi ia memberitahu Anda di mana lokasi itu berada dengan sangat akurat.

3. GIS: Sang Otak Analitis dan Pusat Integrasi

Kini kita memiliki data mentah dari Remote Sensing dan data lokasi akurat dari GPS. Lalu, bagaimana kita menggabungkan dan memahaminya untuk menghasilkan wawasan yang berguna? Di sinilah peran GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi sentral.

GIS adalah sistem perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola, menganalisis, memanipulasi, dan memvisualisasikan semua jenis data yang memiliki referensi geografis. GIS adalah “otak” dari ekosistem geospasial. Ia mengambil data dari berbagai sumber—termasuk citra dari Remote Sensing dan koordinat dari GPS—dan mengintegrasikannya dalam sebuah platform tunggal.

Konsep inti dalam GIS adalah “lapisan” atau layers. Bayangkan Anda menumpuk beberapa lembar plastik transparan. Lapisan pertama berisi peta jaringan jalan, lapisan kedua berisi sebaran sungai, lapisan ketiga berisi lokasi sekolah, dan lapisan keempat berisi data kepadatan penduduk. Dengan GIS, Anda bisa melihat semua lapisan ini secara bersamaan dan, yang lebih penting, menganalisis hubungan di antara mereka.

Fungsi utamanya adalah analisis spasial dan pengambilan keputusan. GIS menjawab pertanyaan yang lebih kompleks: “Mengapa ini terjadi di sini?” dan “Bagaimana jika…?”

Contoh analisis yang dilakukan GIS:

  • Analisis Proksimitas: Menemukan semua minimarket yang berada dalam radius 500 meter dari sebuah kompleks perumahan.
  • Analisis Overlay: Menumpuk peta kerawanan longsor dengan peta permukiman untuk mengidentifikasi penduduk yang paling berisiko.
  • Analisis Jaringan: Menentukan rute evakuasi tercepat dari area bencana ke rumah sakit terdekat dengan mempertimbangkan kondisi jalan.

GIS mengubah data mentah menjadi pengetahuan dan kecerdasan spasial yang dapat ditindaklanjuti.

Sinergi Tiga Serangkai: Studi Kasus Manajemen Banjir

Kekuatan sejati dari ketiga teknologi ini muncul saat mereka bekerja bersama. Mari kita lihat skenario manajemen bencana banjir:

  1. Aksi Remote Sensing: Setelah hujan deras, satelit atau drone diterbangkan untuk mengambil citra terbaru dari wilayah yang terdampak. Citra ini dengan cepat memetakan luas genangan air, menunjukkan desa mana saja yang terendam. (Menjawab: Seperti apa kondisi banjirnya?)
  2. Aksi GPS: Tim penyelamat di lapangan menggunakan perangkat GPS untuk menavigasi perahu karet mereka melalui area banjir. Saat mereka menemukan warga yang terjebak, mereka mencatat koordinat lokasi persis para korban. (Menjawab: Di mana lokasi para korban?)
  3. Aksi GIS: Semua data ini—peta genangan banjir dari Remote Sensing dan titik lokasi korban dari GPS—dimasukkan ke dalam GIS. Seorang analis kemudian menumpuknya dengan lapisan data lain seperti jaringan jalan, lokasi posko pengungsian, dan fasilitas kesehatan. GIS kemudian menganalisis data ini untuk menghasilkan:
    • Peta prioritas evakuasi.
    • Rute logistik paling efisien untuk mengirimkan bantuan.
    • Estimasi jumlah rumah dan infrastruktur yang rusak.

Dalam skenario ini, tidak ada satu pun teknologi yang bisa menyelesaikan masalah sendirian. Mereka membentuk alur kerja yang mulus dari akuisisi data, penentuan posisi, hingga analisis mendalam untuk pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

Kesimpulan

Secara ringkas, Remote Sensing adalah mata yang mengamati, GPS adalah jari yang menunjuk lokasi, dan GIS adalah otak yang berpikir dan menganalisis. Remote Sensing menyediakan gambaran besar, GPS memberikan akurasi di lapangan, dan GIS mengintegrasikan semuanya untuk menghasilkan pemahaman. Memahami perbedaan fundamental ini bukan hanya penting bagi para praktisi geospasial, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin memanfaatkan kekuatan data lokasi untuk memecahkan masalah nyata di dunia yang semakin terhubung dan kompleks.

Kunci Memantau Keterbukaan Lahan

Materi ini membahas pentingnya penggunaan citra satelit dalam memantau keterbukaan lahan sebagai bagian dari upaya perencanaan dan pengelolaan wilayah yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan satelit seperti Landsat dan Sentinel serta platform seperti QGIS, ArcGIS, dan Google Earth Engine, pengguna dapat melakukan klasifikasi dan analisis perubahan tutupan lahan secara berkala. Proses ini mencakup tahapan pengumpulan data, pra-pemrosesan, klasifikasi dengan algoritma seperti Random Forest, hingga pelaporan. Pemantauan lahan terbuka penting karena menjadi indikator degradasi lingkungan, potensi konservasi, dan dasar pengambilan keputusan tata ruang, terutama dalam menghadapi risiko seperti banjir, erosi, dan kebakaran.

 

Pembicara

Ahmad Haris H.S, S.TP., MP.

(Dosen Politeknik Negeri Jember & Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Kamis, 19 Juni 2025

Waktu : 09.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

Tantangan Pemetaan Manual dan Solusi AI : Pentingnya segmentasi dalam pemetaan digital

Materi ini membahas solusi pemetaan geospasial modern dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk digitasi otomatis menggunakan QGIS. Proses ini mengubah citra raster (seperti foto satelit dan drone) menjadi data vektor secara otomatis, menggantikan metode pemetaan manual yang lambat dan tidak efisien. Dengan pendekatan seperti semantic segmentation dan object detection, fitur geospasial seperti jalan, bangunan, dan vegetasi dapat dikenali dan dipetakan secara cepat dan akurat. Materi juga memperkenalkan plugin AI untuk QGIS seperti Deepness Neural Segmentation, Mapflow, dan platform eksternal Bunting Labs, yang masing-masing memiliki keunggulan dalam akurasi, kemudahan penggunaan, dan skalabilitas, meskipun tetap memerlukan pemahaman teknis tertentu. Teknologi ini sangat berguna untuk kebutuhan pemetaan berskala besar seperti perencanaan kota, transportasi, dan inventarisasi aset.

 

Pembicara

Muh. Fiqri Robbi, S.Geo.

(Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Kamis, 29 Mei 2025

Waktu : 09.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru 

 

Pengolahan Data Aerial Mapping : Fundamental Remote Sensing dan Photogrammetry

Materi Pengolahan Data Aerial Mapping yang disampaikan dalam webinar Techno GIS (Mei 2025) mencakup pemahaman dasar mengenai remote sensing dan photogrammetry, mulai dari prinsip penginderaan jauh hingga teknik pengambilan dan pemrosesan data spasial. Remote sensing merupakan metode memperoleh informasi permukaan bumi dari jarak jauh, sedangkan photogrammetry adalah ilmu pengukuran melalui foto udara yang menghasilkan berbagai jenis data seperti spasial, temporal, fisik, dan semantik. Data yang dihasilkan terbagi dalam model vektor dan raster, serta model elevasi seperti DSM dan DTM. Aplikasinya luas, meliputi sektor sumber daya alam, kependudukan, tata guna lahan, dan transportasi. Data dikumpulkan menggunakan drone, citra satelit, dan pesawat dengan foto vertikal maupun oblique. Proses pengolahan melibatkan perangkat lunak seperti ArcGIS, QGIS, Agisoft Metashape, dan lainnya, dengan tahapan mulai dari align photos, dense cloud, mesh, DEM, hingga orthomosaic. Salah satu output utamanya adalah orthophoto, yaitu citra udara yang telah dikoreksi secara geometrik sehingga akurat untuk pengukuran dan analisis spasial.

 

Pembicara

Alya Sevy Setyawan, S.T.

(Trainer PT. Techno GIS Indonesia)

 

 

Moderator

Naila Husna S, S.Ikom.

(Training Academy, PT. Techno GIS Indonesia)

 

Detail Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Selasa, 20 Mei 2025

Waktu : 14.00 WIB

Media : Zoom Meeting

Biaya Pendaftaran: Rp 50000

Fasilitas

✅ Sertifikat Elektronik

✅ Materi Persentasi

✅ Sesi Tanya Jawab dengan Pembicara

✅ Ilmu & Wawasan Baru