Mengenal Format Data Geospatial: Shapefile, GeoJSON, dan KML
Bahasa Peta Digital: Mengenal Format Data Geospasial Shapefile, GeoJSON, dan KML
Di dunia Sistem Informasi Geografis (GIS) dan pemetaan digital, data adalah segalanya. Namun, sama seperti bahasa manusia, data perlu disimpan dalam format tertentu agar dapat dibaca, dipahami, dan digunakan oleh berbagai perangkat lunak. Memilih format data yang tepat adalah langkah fundamental yang akan menentukan bagaimana data spasial Anda dapat dianalisis, divisualisasikan, dan dibagikan.
Terdapat puluhan format data geospasial, namun ada tiga nama yang paling sering muncul dan menjadi standar di berbagai aplikasi: Shapefile, GeoJSON, dan KML. Masing-masing memiliki struktur, kekuatan, dan kelemahan yang unik, serta lebih cocok untuk tujuan tertentu. Memahami perbedaan ketiganya adalah kunci bagi siapa pun yang bekerja dengan data berbasis lokasi.
1. Shapefile (.shp): Sang Kuda Beban Analisis GIS
Shapefile adalah format data vektor yang dikembangkan oleh ESRI pada awal tahun 1990-an. Meskipun usianya sudah cukup tua, Shapefile hingga kini masih menjadi salah satu format paling populer dan banyak digunakan di dunia GIS, terutama untuk analisis desktop. Ia adalah “kuda beban” yang andal untuk para analis spasial.
Struktur: Satu hal yang sering membingungkan pemula adalah bahwa Shapefile bukanlah satu file tunggal. Ia adalah kumpulan dari beberapa file yang bekerja bersama. Tiga file yang paling penting dan wajib ada adalah:
.shp
: File utama yang menyimpan data geometri (koordinat X,Y yang membentuk titik, garis, atau poligon)..shx
: File indeks yang membantu perangkat lunak menemukan data geometri dengan cepat..dbf
: File database (dalam format dBase) yang menyimpan data atribut atau informasi non-spasial untuk setiap geometri. Misalnya, untuk data jalan, file ini berisi informasi nama jalan, panjang, dan jenis permukaan.
Selain tiga file wajib tersebut, seringkali ada file-file pendukung lain seperti .prj
yang berisi informasi sistem proyeksi koordinat, yang sangat penting untuk akurasi pemetaan.
Kelebihan:
- Standar Industri: Hampir semua perangkat lunak GIS, baik komersial (seperti ArcGIS) maupun open source (seperti QGIS), dapat membaca dan menulis format Shapefile.
- Performa Cepat: Struktur file-nya yang terindeks membuatnya sangat cepat untuk dirender dan dianalisis dalam aplikasi GIS desktop.
- Dukungan Luas: Sangat mapan dan banyak sekali data geospasial publik yang tersedia dalam format ini.
Kekurangan:
- Bukan File Tunggal: Terdiri dari banyak file, membuatnya merepotkan saat akan dibagikan atau dikirim. Jika salah satu file wajib (misalnya
.dbf
) hilang, data akan rusak. - Keterbatasan Atribut: Nama kolom atribut dibatasi hanya 10 karakter. Ukuran file total juga memiliki batas sekitar 2 Gigabyte.
- Tidak Ramah Web: Strukturnya yang biner dan terdiri dari banyak file membuatnya tidak cocok untuk digunakan secara langsung dalam aplikasi pemetaan web modern.
Kapan Menggunakannya? Gunakan Shapefile untuk pekerjaan analisis spasial yang berat di perangkat lunak GIS desktop, seperti analisis hidrologi, perencanaan tata ruang, atau pengelolaan aset.
2. GeoJSON (.geojson): Bahasa Peta di Era Web
GeoJSON adalah format standar terbuka yang dirancang untuk merepresentasikan fitur geografis sederhana beserta atributnya, menggunakan sintaks dari JSON (JavaScript Object Notation). Sesuai namanya, GeoJSON adalah “anak kandung” dari dunia web.
Struktur: GeoJSON adalah satu file tunggal berbasis teks yang sangat mudah dibaca oleh manusia maupun mesin. Strukturnya terdiri dari objek JSON yang mendefinisikan tipe geometri (seperti Point
, LineString
, Polygon
), koordinat, dan properties
(properti) yang berisi data atribut dalam format pasangan kunci-nilai (key-value pairs).
{
"type": "Feature",
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [110.4084, -7.7797]
},
"properties": {
"nama": "Tugu Yogyakarta",
"jenis": "Monumen"
}
}
Kelebihan:
- Ramah Web: Sangat ringan dan mudah diproses oleh browser web. Ini adalah format pilihan utama untuk pustaka pemetaan web seperti Leaflet, Mapbox, dan OpenLayers.
- Satu File Tunggal: Sangat mudah untuk dibagikan, diunduh, dan diakses melalui API (Application Programming Interface).
- Mudah Dibaca: Formatnya yang berbasis teks membuatnya mudah untuk diinspeksi dan di-debug secara manual.
- Fleksibel: Tidak ada batasan panjang nama kolom atribut.
Kekurangan:
- Ukuran File Lebih Besar: Dibandingkan Shapefile, format teksnya bisa membuat ukuran file lebih besar untuk data yang sangat kompleks.
- Kurang Optimal untuk Analisis Berat: Meskipun bisa digunakan di QGIS atau ArcGIS, performanya untuk analisis spasial yang kompleks tidak secepat format biner seperti Shapefile.
Kapan Menggunakannya? Gunakan GeoJSON sebagai format utama saat Anda ingin menampilkan data geospasial di sebuah situs web, membangun dasbor interaktif, atau saat bertukar data melalui API web.
3. KML (.kml): Visualisasi Mudah di Google Earth
KML, atau Keyhole Markup Language, adalah format berbasis XML yang awalnya dikembangkan untuk digunakan pada Google Earth. Tujuannya sangat spesifik: untuk visualisasi. KML tidak hanya menyimpan data geometri dan atribut, tetapi juga informasi tentang bagaimana data tersebut harus ditampilkan—seperti warna, ikon, ketebalan garis, sudut pandang kamera, bahkan deskripsi HTML yang muncul saat fitur diklik.
Struktur: KML adalah file teks tunggal yang menggunakan tag XML untuk mendefinisikan Placemark (penanda letak), gaya visual, dan struktur data. Ketika KML digabungkan dengan file-file lain seperti gambar atau model 3D, ia seringkali dikompres menjadi satu file .kmz
(KML Zipped).
Kelebihan:
- Visualisasi yang Kaya: Sangat unggul dalam hal presentasi. Mudah untuk mengatur simbologi, label, dan pop-up deskriptif dengan HTML.
- Integrasi Google Earth: Format asli untuk Google Earth, membuatnya sangat mudah untuk berbagi data lokasi yang dapat langsung dibuka dan dijelajahi oleh siapa saja yang memiliki aplikasi tersebut.
- Dukungan 3D dan Waktu: Mendukung data tiga dimensi (ketinggian) dan data dengan dimensi waktu (animasi).
Kekurangan:
- Bukan untuk Analisis: KML dirancang untuk visualisasi, bukan untuk analisis spasial yang intensif.
- Struktur yang “Bawel” (Verbose): Format XML cenderung lebih panjang dan kompleks dibandingkan GeoJSON untuk data yang sama.
- Kurang Populer untuk WebGIS: Meskipun didukung oleh beberapa API (seperti Google Maps), GeoJSON lebih umum digunakan untuk pengembangan WebGIS modern.
Kapan Menggunakannya? Gunakan KML ketika tujuan utama Anda adalah berbagi data geografis dengan cara yang mudah divisualisasikan oleh audiens non-teknis menggunakan Google Earth. Sangat cocok untuk tur virtual, memetakan rute perjalanan, atau presentasi proyek.
Kesimpulan
Tidak ada satu format data geospasial yang “terbaik” untuk semua situasi. Pilihan yang tepat bergantung pada tujuan akhir Anda.
- Jika Anda seorang analis GIS yang akan melakukan analisis spasial mendalam di komputer Anda, Shapefile adalah teman andal Anda.
- Jika Anda seorang pengembang web yang ingin menampilkan peta interaktif di situs Anda, GeoJSON adalah bahasa utama Anda.
- Jika Anda ingin berbagi lokasi atau cerita berbasis peta dengan audiens luas secara visual, KML adalah pilihan yang paling tepat.
Dengan memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing, Anda dapat memilih “bahasa” yang paling sesuai untuk menceritakan kisah geospasial Anda.